Rabu, 28 Oktober 2009

Mahasiswa Peduli Rakyat??

Sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian, mahasiswa sebagai Insan Akademi dituntut mampu melaksanakan ketiga hal tersebut. Salah satunya adalah pengabdian, berbuat sesuatu untuk kesejahteraan rakyat, atau setidaknya peduli akan kondisi rakyat.


Dalam 2 bulan ini, Indonesia dua kali diguncang gempa. Gempa Jabar ( 2 September 2009) dan gempa Sumbar (30 September 2009). keduanya cukup besar dan cukup merusak beberapa daerah di kedua provinsi ini. Korban jiwa yang jatuh cukup besar kusunya untuk gempa Sumbar, mencapai 1000-an orang dan masih ada yang tertimbun longsoran.


Mahasiswa ITB daam hal ini terhimpun dalam satu KM ITB telah bergerak mengenai bencana di kedua daerah ini. Bahkan untuk Jabar, tahap recoverynya sudah dimulai, dan untuk Sumbar, difokuskan ke penggalangan dana saja. Tapi permasalahannya adalah tidak semua bagian tergerak untuk peduli. Lembaga-lembaga di kampus yang bergerak bersama-sama mengenai Tangga Bencana ini sanat minim, apalagi SDM nya. Tidak sampai 10 lembaga di KM ITB yang aktif masalah bencana ini.


Bulan ini KM ITB dihadapkan lagi dengan masalah pelarangan arak-arakan pada Wisudaan tanggal 24 Oktober ini. Arak-arakan Wisudaan adalah tradisi yang tak terpisahkan dalam menyambut kelulusan mahasiswa (yang katanya) terbaik bangsa ini. Wisudaan Juli tanpa arak-arakan menimbulkan kekecewaan teman-teman massa kampus.


Menanggapi masalah ini, nyaris seluruh lembaga (baca: Himpunan) turut serta, berpartisipasi aktif ngumpul2, ketemuan dengan Kabinet dan Kongres (tersisa) mengupayakan supaya arak-arakan wisudaan menjadi legal lagi. Rapat sampai malam, dihadiri puluhan perwakilan lembaga, bahkan sampai menandatangani MOU.


Sedih aja melihat kondisi ini, bandingkan dengan rapat yang diadakan Pengabdian Masyarakat KM ITB membahas masalah gempa. Yang datang hanya 3-5 lembaga, itupun anggota muda yang masih magang dan nyaris ga tahu apa-apa. Seperti itukah MAHASISWA yang katanya bergerak demi Rakyat? Sebegitu tidak peduli kah kita akan saudara-saudara kita yang tinggal di tenda-tenda pengungsian?


Malam sebelum pelantikan SBY sebagai Presiden periode 2009-2014, teman-teman Mahasiswa mengadakan aksi di Jl. Ganesha, melakukan orasi, dan besok siangnya melakukan aksi di Senayan. Malam itu kelihatannya cukup banyak lembaga yang ikut serta. Itu semua hanya pernyataan sikap saja. Untuk aksi nyata dalam recovery Jabar, tanggap bencana Gempa Sumbar, malah tidak ada sama sekali.


Tidak tahu apakah kita memang sudah begitu apatisnya, sibuk dengan kepentingan masing-masing, dan lupa kalau kita ada karena rakyat, lupa akan peran sebagai Mahasiswa, lupa akan fungsi sebagaiInsan Akademis.


Saat membaca liputan detik.com ttg aksi di jl. Ganesha tersebut, jadi miris membaca komentar-komentar pembaca. Mereka sangat pesimis dan tidak simpatik dengan aksi-aksi yang dilakukan mahasiswa. Tapi setelah mengamati kenyataannya, mungkin wajar saja mereka begitu.


Yang dibutuhkan sebenarnya adalah Gerakan Nyata, bukan hanya kajian-kajian saja, bukan hanya omong besar saja. Gerakan nyata yang benar-benar menyentuh "grass root". Lalu siapa penggeraknya, kalau mahasiswa masih memble??

diterbitkan di sini